Cara Kerja Sistem Pengisian

Sistem pengisian adalah suatu sistem yang bekerja pada kendaraan yang berfungsi untuk mengisi tegangan baterai saat mesin menyala agar voltase baterai tetap pada kondisi penuh terutama saat mesin di start. Sistem pengisian bekerja menyuplai kembali arus yang telah digunakan selama mobil bekerja. Pada sistem pengisian konvensi terdapat 2 komponen utama yaitu alternator dan regulator. Keduanya bekerja saling berhubungan dan memiliki cara kerja masing-masing. Berikut ini merupakan cara kerja sistem pengisian konvensional.

Baca juga

Pada saat kunci kontak ON

Saat kunci kontak ON ada 2 akibat, yaitu:

1. Lampu menyala

Penyebab lampu menyala adalah tegangan dari baterai diteruskan menuju fusible link lalu ke ignition switch. Setelah itu, tegangan mengalir ke fuse dan melewati charge warning lamp dan kemudian ke terminal L. Dari terminal L tegangan diteruskan menuju kontak poin O ( Po ) yanh menempel dengan kontak poin 1 ( P1 ). Dari P1 tegangan akan diteruskan menuju terminal E setelah itu ke masa. Itu yang mengakibatkan lampu menyala.

2. Terjadi kemagnetan pada rotor coil

Tegangan dari baterai menuju ke fusible link lalu ke ignition switch. Setelah itu, tegangan diteruskan ke fuse lalu ke terminal IG. Dari terminal IG tegangan diteruskan menuju PL 1 yang menempel PL 0. Setelah melewati PL 0 tegangan diteruskan menuju ke terminal F regulator lalu ke terminal F alternator kemudian ke brush positif lalu ke slip ring dan diteruskan ke rotor coil. Tegangan dari rotor coil menuju ke slip ring lalu ke brush negatif melewati terminal E alternator dan terakhir ke masa. Karena pada rotor coil mendapat tegangan maka terjadilah kemagnetan pada rotor.

Putaran Stasioner


Saat putaran stasioner pada terdapat dua akibat, yaitu :

1. Lampu mati

Pada saat mesin dinyalakan charge warning lamp harus mati. Matinya charge warning lamp disebabkan oleh berikut. Putaran mesin diteruskan ke puli mesin menuju puli alternator melalui bel maka saat mesin berputar, alternator pun juga ikut berputar. Puli alternator menggerakkan rotor. Pada rotor terdapat kemagnetan yang menyebabkan stator menghasilkan tegangan 3 pase dan tegangan netral. Tegangan netral diteruskan menuju terminal N alternator kemudian ke terminal N regulator. Setelah itu tegangan diteruskan menuju voltage relay kemudian ke terminal E regulator dan akhirnya ke masa. Voltage relay mendapat tegangan sehingga terjadi kemagnetan yang mengakibatkan P0 terhubung dengan P2.

Tegangan dari baterai menuju fusible link lalu ke ignition switch. Dari ignition switch tegangan diteruskan ke fuse kemudian ke charge warning lamp menuju terminal L. Dari terminal L tegangan diteruskan ke P0 yang terhubung dengan P2, setelah itu tegangan menuju terminal B regulator ke terminal B alternator kemudian ke dioda. Dioda berfungsi membuat tegangan menjadi searah sehingga tegangan dari terminal B ditolak oleh dioda dan tidak sampai ke masa. Hal ini menyebabkan lampu tidak menyala.

2. Terjadi pengisian baterai

Saat mesin berputar dan rotor terjadi kemagnetan maka stator coil menghasilkan tegangan 3 pase. Tegangan yang dihasilkan oleh stator coil berupa AC atau arus bolak-balik. Kemudian tegangan di searahkan oleh dioda menjadi DC. Tegangan DC 12 volt diteruskan ke terminal B alternator menuju ke fusible link kemudian ke baterai sehingga terjadi pengisian.

Putaran rendah dan menengah

Cara kerja alternator pada saat putaran rendah dan menengah hampir sama dengan saat putaran stasioner. Kemagnetan pada voltage regulator saat putaran rendah dan menengah masih kecil sehingga PL 0 berada diantara PL 1 dan PL 2. Sehingga tegangan dari baterai tidak melewati PL 1 tetapi dialih kan menunju ke resistor. Dari resistor tegangan diteruskan menuju terminal F regulator ke terminal F alternator kemudian ke brush dan slip ring lalu ke rotor coil. Dari rotor coil tegangan diteruskan ke slip ring dan brush kemudian ke terminal E alternator dan akhirnya ke masa. Kemagnetan pada rotor coil rendah karena tegangan dari baterai melewati resistor sehingga tegangan dari baterai kurang dari 12 volt. Hal ini juga menyebabkan arus yang dihasilkan oleh stator coil yang digunakan untuk mengisi baterai kurang dari 12 volt.

Putaran tinggi

Pada saat putaran tinggi tidak terdapat pengisian. Hal ini diakibatkan oleh kemagnetan yang tinggi pada voltage regulator sehingga PL 0 dan PL 2 terhubung. Tegangan dari baterai menuju fusible link lalu ke ignition switch kemudian ke fuse. Dari fuse tegangan diteruskan ke terminal IG lalu ke resistor kemudian ke PL 0 yang terhubung dengan PL 2. Dari PL 2 tegangan diteruskan ke terminal E dan akhirnya ke masa. Sehingga rotor coil tidak mendapatkan tegangan dan tidak ada kemagnetan. Karena tidak ada kemagnetan pada rotor coil stator coil tidak dapat menghasilkan tegangan. Sehingga tidak terjadi pengisian baterai.

Sebutkan Komponen Alternator dan Fungsinya

Alternator bagian yang tak terpisahkan dari sistem pengisian, karena berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Untuk menghasilkan energi listrik, alternator membutuhkan komponen pendukung. Komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing.

Baca juga : Cara Kerja Sistem Pengisian

Nah kali ini akan saya jelaskan komponen yang ada di dalam alternator beserta fungsinya. Biar tidak penasaran mari simak pembahasan berikut.

komponen alternator

1. Puli

Puli merupakan bagian terdepan pada alternator yang berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari mesin ke alternator melalui belt. Saat mesin berputar maka alternator ikut berputar, kemudian putaran tersebut diteruskan ke rotor coil.

2. Kipas

Putaran pada alternator dapat menimbulkan panas. Selain itu komponen kelistrikan seperti dioda juga bisa panas saat bekerja. Panas yang berlebihan dapat menggangu kerja dari alternator. Untuk mengatasi hal ini, pada alternator terdapat kipas. Fungsi kipas ini adalah mendinginkan dioda dan kumparan-kumparan pada alternator.

3. Bearing

Komponen yang berputar dan memiliki poros umumnya terdapat bearing. Bearing pada alternator berfungsi untuk memungkinkan rotor dapat berputar dengan lembut.

4. Rotor

Rotor merupakan bagian yang berputar di dalam alternator. Pada rotor terdapat kumparan rotor (rotor coil) yang berfungsi untuk membangkitkan medan magnet. Rotor dilengkapi dengan brush dan slip ring. Brush yang terdapat pada rotor berfungsi sebagai kutub-kutub magnet. Slip ring yang terdapat pada alternator berfungsi sebagai penyalur listrik ke kumparan rotor. Rotor akan membangkitkan medan magnet setelah rotor coil dialiri arus listrik dari baterai.

5. Stator coil

Stator coil adalah bagian yang diam dan terdiri dari tiga kumparan yang pada salah satu ujungnya dijadikan satu. Konstruksi dari stator coil disebut hubungan "Y" atau bintang tiga pase. Bagian tengah yang menjadi satu adalah pusat gulungan yang disebut titik netral atau terminal N. Pada bagian kabel lainnya akan menghasilkan arus bolak-balik.

Fungsi dari stator coil adalah membangkitkan arus listrik bolak-balik tiga pase. Stator akan menghasilkan tenaga listrik setelah rotor berputar dan timbul kemagnetan.

6. Dioda (rectifier)

Fungsi dioda adalah menyearahkan arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan oleh stator coil menjadi arus searah (DC). Dioda juga berfungsi mencegah arus AC dari baterai ke alternator.

7. Rumah alternator

Rumah alternator berfungsi untuk menyediakan tempat berputar bagi alternator/rotor dengan celah sekecil mungkin. Fungsi lain dari rumah alternator adalah untuk melindungi semua komponen yang ada di dalamnya.