Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Sebuah mesin pada kendaraan akan hidup apabila memenuhi tiga syarat, yaitu kompresi, bahan bakar dan pengapian. Pengapian akan memercikan bunga api yang dihasilkan oleh busi sehingga membakar campuran bahan bakar dan udara pada saat langkah kompresi. Bunga api dihasilkan melalui beberapa proses sehingga membentuk suatu sistem yang disebut sistem pengapian.

Pada saat ini sistem pengapian memiliki beberapa jenis mulai dari sistem pengapian konvensional sampai sistem pengapian yang diatur oleh komputer atau ECU. Sistem pengapian konvensional merupakan hal yang paling dasar untuk dipelajari. Cara kerja pengapian konvensional memanfaatkan putaran mesin untuk menggerakkan distributor yang mengatur membuka dan menutupnya platina serta membagikan arus listrik ke masing-masing busi sesuai firing order sehingga dibutuhkan penyetelan yang tepat untuk menjamin pembakaran yang sempurna. Berikut merupakan cara kerja pengapian konvensional beserta aliran arus listriknya.

Saat platina menutup

cara kerja sistem pengapian konvensional

Sistem pengapian akan bekerja apabila kunci kontak dalam posisi ON. Arus listrik mengalir dari baterai menuju ke fuse lalu ke ignition coil. Di dalam ignition coil terdapat dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kumparan primer arus listrik akan diteruskan menuju ke platina. Karena platina menutup sehingga arus listrik langsung diteruskan ke masa. Akibatnya terjadi kemagnetan pada primer koil.

Saat platina membuka

sistem pengapian konvensional

Saat platina membuka arus listrik dari baterai hanya masuk ke kondensor dan tidak sampai ke masa. Hal ini menyebabkan kemagnetan pada primer koil akan hilang secara tiba-tiba. Hilangnya kemagnetan pada primer koil menimbulkan induksi yang menguntungkan yang membuat sekunder koil menginduksikan diri. Induksi yang terjadi pada sekunder koil menyebabkan tegangan dari baterai berubah yang semula 12V kemudian keluar dari ignition coil menjadi 13KV sampai 20KV. Tegangan yang besar ini dialirkan menuju distributor melalui kabel tegangan tinggi yang kemudian dibagikan ke masing-masing busi sesuai firing order sehingga terjadi percikan bunga api yang dibutuhkan saat proses pembakaran.

Komponen Sistem Pengapian Pada Kendaraan

 Sebuah kendaraan bermotor terdiri dari berbagai sistem yang terpadu sehingga menghasilkan tenaga gerak untuk menjalankannya. Salah satu sistemnya adalah sistem pengapian. Fungsi dari sistem pengapian, yaitu untuk menghasilkan percikan bunga api pada busi yang kuat dan tepat untuk memulai pembakaran campuran udara dan bahan bakar di ruang bakar pada motor bensin.

Syarat agar mesin kendaraan dapat hidup salah satunya harus ada pengapian. Percikan api pada busi harus terjadi pada saat yang tepat untuk menjamin pembakaran yang sempurna, sehingga mesin bekerja dengan halus dan ekonomis. Secara sederhana, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan terjadi di dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api sehingga diperoleh tenaga dorong akibat pemuaian gas hasil pembakaran, mendorong piston ke Titik Mati Bawah ( TMB ) menjadi langkah usaha. Oleh poros engkol gerak translasi tersebut diubah menjadi tenaga rotasi yang menggerakkan fly wheel, transmisi, sampai dengan roda.

KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN

Pada dasarnya sistem pengapian merupakan rangkaian dari beberapa komponen. Komponen ini bekerja saling berkaitan. Berikut ini merupakan komponen dari sistem pengapian.

1. BATERAI

Baterai berfungsi sebagai penyedia tegangan listrik yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan komponen sistem kelistrikan. Baterai pada sistem pengapian berfungsi sebagai sumber arus listrik. Namun jika baterai digunakan terus-menerus maka baterai akan cepat habis dan sistem pengapian pun tidak akan berfungsi. Oleh karena itu harus dilengkapi dengan sistem pengisian. Saat kendaraan berjalan sistem pengisian berfungsi sebagai penyuplai arus listrik sehingga baterai tetap awet atau tidak tekor. Itulah mengapa kendaraan bisa tetap berjalan walaupun baterai lemah.

2. FUSE

Semua komponen sistem kelistrikan pasti akan melewati fuse. Fuse berfungsi sebagai pengaman rangkaian sistem kelistrikan untuk mencegah terjadinya korsleting atau tegangan berlebih.

3. KUNCI KONTAK

Berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus listrik.

4. IGNITION COIL

Ignition coil berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai dari 12V menjadi 13KV sampai 20KV. Tegangan sebesar ini membuat busi bisa memercikan bunga api sehingga terjadi proses pembakaran. Dalam ignition coil terdapat dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.

5. DISTRIBUTOR

komponen sistem pengapian

Distributor

Distributor merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen sistem kelistrikan diantaranya adalah sebagai berikut.

Cam 

Komponen ini terhubung dengan camshaft sehingga berputar. Putaran ini digunakan untuk mengatur pengapian. Cam pada distributor berfungsi untuk membuka dan menutup platina sehingga arus listrik dapat terputus dan terhubung pada kumparan primer.

Platina

Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik kumparan primer menuju masa sehingga pada ignition coil terjadi kemagnetan maupun self induksi yang dapat menyebabkan tegangan baterai dapat berubah dari 12V menjadi 13KV sampai 20KV.

Kondensor 

Berfungsi sebagai penyimpan tegangan listrik sementara supaya tidak terjadi tegangan listrik terlalu besar di platina.

Rotor 

Berfungsi untuk membagi tegangan tinggi ke masing-masing puisi sesuai firing order.

Governor Advancer 

Berfungsi memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

Vakum Advancer 

Berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin, ini dipengaruhi oleh kevakuman pada intake manifold.

6. KABEL TEGANGAN TINGGI

Tegangan yang dihasilkan oleh ignition coil sangat tinggi sehingga membutuhkan kabel dengan spesifikasi khusus. Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke distributor lalu dari distributor ke busi.

7. BUSI

Busi berfungsi untuk memercikkan bunga api yang dihasilkan akibat adanya loncatan tegangan listrik dari elektroda ke masa. Kemudian percikan bunga api ini digunakan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar sehingga terjadi proses pembakaran.

Cara Mengetahui Kerusakan Motor Starter

Starter adalah salah satu komponen engine kendaraan yang berfungsi untuk memutar pertama kali engine agar dapat hidup. Motor starter dapat dalam kondisi baik dengan jangka waktu yang lama dikarenakan perlakuan terhadap motor starter untuk menghidupkan engine dilakukan secara normal. Pemaksaan terhadap kerja motor starter dapat mengakibatkan motor starter bekerja berat dan baterai cepat rusak. Jika motor starter selalu dipaksakan, maka bagian yang cepat rusak adalah brush, komutator, isolator pada field coil dan angker.

Peran motor starter pada kendaraan sangatlah penting terutama pada mobil, sebab jika motor starter mengalami kerusakan mesin mobil tidak akan hidup. Namun jika dalam kondisi darurat cara mengatasinya kita harus bersusah payah mendorong mobil agar bisa hidup.

Baca juga : Komponen Motor Starter

Kerusakan pada motor starter dapat kita atasi sendiri. Namun sebelumnya anda harus tahu tentang komponen motor starter beserta fungsinya agar tidak asal dalam mendiagnosis kerusakan pada motor starter. Diagnosis ini bertujuan untuk mencari sumber kerusakan. Apa sajakah kerusakan atau gangguan yang ada pada motor starter dan bagaimana cara mengatasinya ? Simak pembahasan berikut.
Kerusakan motor starter

A. Motor starter tidak berputar atau tidak bekerja pada saat kunci kontak posisi start

Untuk melakukan pemeriksaan, hidupkan lampu kendaraan. Setelah menghidupkan lampu kita dapat mengetahui penyebab dari gangguan tersebut.
  1. Bila lampu tidak menyala, kemungkinan penyebabnya adalah hubungan kabel positif atau kabel massa terputus, bisa juga baterai kosong. Cara mengatasinya periksa kabel baterai dan terminal baterai, kencangkan apa bila terdapat mur dan baut yang kendur, ukur tegangan baterai, tegangan baterai tidak boleh dibawah 12 volt. Jika tegangan baterai kurang dari 12 volt, lakukan pengisian baterai.
  2. Lampu menyala, namun ketika distart tiba-tiba lampu mati. Kemungkinan penyebabnya adalah arus listrik yang mengalir kurang, karena adanya rugi tegangan. Ini terjadi karena oksidasi atau biasa kita kenal dengan korosi pada soket kabel dan pada sambungan terminal baterai. Cara mengatasinya bersihkan pool baterai dari kemungkinan korosi dan pastikan hubungan yang baik antara baterai dengan motor starter.
  3. Lampu menyala, namun ketika distart lampu menjadi redup. Biasanya kondisi ini terjadi karena kapasitas baterai telah berkurang. Cara mengatasinya lakukan pengisian baterai.
  4. Lampu menyala terang. Hubungkan terminal 30 dengan terminal 50 motor starter. Jika motor starter berputar, maka kemungkinan penyebabnya adalah terputusnya hubungan kabel dari kunci kontak terminal 50 pada solenoide motor starter. Atau bisa juga terjadi kerusakan pada kunci kontak. Cara mengatasinya periksalah hubungan kabel, soket-soket starter, dan ganti apabila terdapat komponen yang rusak.
  5. Lampu menyala terang. Lepaskan terminal 30 pada solenoide motor starter dan hubungkan langsung ke terminal coil. Jika motor starter bisa berputar maka kemungkinan kerusakannya kerusakan adalah pada solenoide motor starter. Cara mengatasi ganti solenoide motor starter dengan yang baru.
B. Motor starter tidak berputar pada saat kabel dari terminal 30 dihubungkan langsung ke terminal coil motor starter.

Untuk permasalahan ini, kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut.
  1. Sikat arang atau brush tidak duduk dengan benar sehingga kontak terhadap komutator tidak baik. Cara mengatasinya bersihkan dan perbaiki dudukan brush
  2. Sikat arang aus ( terlalu pendek ). Bila sikat arang sudah aus maka harus dilakukan penggantian sikat arang.
  3. Pegas penekan sikat arang kurang tekanannya sehingga sikat arang kurang rapat terhadap komutator. Bila ini terjadi tindakan yang harus dilakukan adalah mengganti pegas penekan sikat arang.
  4. Komutator kotor. Bila komutator sudah kotor, lakukan pembersihan pada komutator karena dapat menghambat aliran listrik.
  5. Komutator cacat atau terbakar. Cara mengatasinya lepas komutator kemudian perbaiki, namun jika sudah parah maka komutator perlu diganti.
  6. Kumparan angker rusak atau terjadi hubungan singkat. Cara mengatasinya perbaiki kumparan angker, jika sudah tidak layak lagi maka ganti angker dengan yang baru.
C. Solenoide starter bekerja ( menarik dan menahan ) tetapi motor starter tidak berputar atau solenoide menarik, kemudian kembali lagi.

Permasalahan ini dapat kita ketahui penyebabnya seperti berikut.
  1. Baterai kosong. Bila baterai kosong lakukan pengecasan baterai, namun jika baterai sudah rusak maka ganti baterai dengan yang baru.
  2. Arus kurang besar karena terjadi korosi pada terminal baterai. Cara mengatasinya bersihkan terminal baterai dari korosi bisa dengan di lap dengan air hangat atau amplas terminal baterai kemudian kencangkan pengikatan pool baterai.
  3. Dudukan sikat arang kurang baik. Cara mengatasi bersihkan dudukan sikat arang.
  4. Sikat arang aus atau terlalu tipis. Pemecahan masalah ini dengan mengganti sikat arang dengan yang baru sesuai spesifikasinya.
  5. Komutator kotor. Bersihkan komutator dari kotoran yang melekat.
  6. Kumparan medan atau field coil rusak. Jika ini sudah terjadi maka motor starter harus diganti.
D. Roda gigi pinion motor starter berputar bebas, motor starter bisa berputar, tetapi fly wheel tidak berputar.

Penyebab dari kerusakan ini ada 2 yaitu:
  1. Roda gigi pinion starter rusak. Bila ini sudah terjadi gantilah roda gigi pinion starter.
  2. Roda gigi ring gear pada fly wheel rusak. Cara mengatasinya perbaiki kerusakan gigi pada ring gear atau ganti fly wheel.
E. Roda gigi pinion tidak bergerak maju pada saat distart.

Jika sobat mengalami gangguan ini pada motor starter, perlu diketahui penyebab dari gangguan roda gigi motor starter tidak bergerak maju pada saat distart adalah sebagai berikut.
  1. Penggerak pinion, gigi ulir memanjang kotor atau rusak. Cara mengatasinya lepas penggerak pinion, bersihkan jika gigi ulir terdapat kotoran, apabila keadaannya sudah parah maka perlu dilakukan penggantian.
  2. Solenoide starter rusak. Cara mengatasinya ganti solenoide motor starter.
  3. Pegas pengembali pinion lemah atau patah. Cara mengatasinya ganti pegas pengembali pinion.
F. Motor starter berputar terus, pada saat kunci kontak telah dikembalikan ke posisi ON

Jika kunci kontak tetap pada posisi start walaupun kunci kontak telah diputar kembali ke posisi ON penyebabnya terjadi kerusakan pada solenoide atau starter macet pada fly wheel. Ketika ini terjadi secepat mungkin matikan mesin dan periksa kerja solenoide, jika memang sudah rusak ganti solenoide motor starter.

G. Gangguan pada terminal motor starter, pull in coil, dan hold in coil.

kerusakan motor starter
1. Terminal 50
Kondisi terminal 50 rusak dapat mengakibatkan suplay tegangan ke solenoide tidak stabil. Hal ini akan menyebabkan roda pinion bergerak maju dan berputar dengan tidak stabil. Penyelesaiannya periksa kondisi terminal 50, perbaiki terminal 50 jika rusak

2. Terminal C
Terminal C rusak dapat mengakibatkan suplay arus dari solenoide ke motor starter tidak stabil ataupun tidak dapat mengalirkan arus listrik sehingga putaran motor starter tidak stabil atau lemah bahkan juga bisa tidak berputar. Jika hal ini sudah terjadi segera periksa terminal C, lakukan perbaikan bila terminal C kendor atau rusak.

3. Terminal 30
Terminal 30 bermasalah mengakibatkan motor starter tidak mendapatkan tegangan secara maksimal dan menyebabkan motor starter berputar lambat. Cara mengatasinya periksa kondisi terminal 30. Jika kotor dan kendor lakukan pembersihan kemudian kencangkan terminal 30.

4. Pull in coil
Pull in coil mengalami gangguan dapat membuat pinion tidak bergerak maju atau tidak dapat mendorong pinion gear. Cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan ohm meter, periksa kontinuitas antara terminal 50 dan terminal C. Jika tidak ada kontinuitas ganti switch magnet.

5. Hold in coil
Hold in coil bermasalah dapat mengakibatkan kemagnetan untuk menahan pinion gear saat terhubung dengan fly wheel berkurang, sehingga belum sempat memutar roda gila pinion gear sudah kembali mundur. Cara mengatasinya adalah dengan menggunakan ohm meter, periksa kontinuitas antara terminal 50 dan bodi switch magnet. Jika tidak ada kontinuitas maka switch magnet perlu diganti.

Komponen Motor Starter dan Fungsinya

Sistem starter digunakan untuk memberikan putaran awal untuk mesin. Mesin mendapatkan putaran awal dari sebuah fly wheel yang digerakkan oleh motor starter. Setelah diberikan putaran awal, mesin dapat berputar dengan sendirinya melalui proses pembakaran. Prinsip kerja dari sistem ini adalah mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.

Sistem starter memiliki 3 macam berdasarkan cara pengoperasiannya, yaitu :
1. Starter mekanik
    Starter mekanik adalah starter yang digerakkan dengan tenaga manusia. Contohnya adalah kick starter pada sepeda motor.
2. Starter elektrik
    Starter elektrik adalah starter yang sumber tenaganya berasal dari arus listrik. Starter jenis ini banyak digunakan pada mobil dan sepeda motor.
3. Starter pneumatic
    Starter pneumatic adalah starter yang sumber tenaganya dari udara yang bertekanan. Starter jenis ini banyak digunakan pada mesin kapal laut karena mesin kapal laut cukup besar.

Motor starter merupakan bagian utama dari sistem starter. Di dalam motor starter terdiri dari beberapa komponen. Komponen ini bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Berikut ini merupakan komponen motor starter dan fungsinya.

komponen motor starter

1. Yoke dan pole core

Yoke berfungsi sebagai tempat pole core yang diikat dengan sekrup. Yoke terbuat dari logam yang berbentuk silinder. Sedangkan pole core berfungsi sebagai penopang field coil dan memperkuat medan magnet yang ditimbulkan oleh field coil.

2. Field coil

Field coil terbuat dari tembaga yang dililitkan pada pole core motor starter. Field coil berfungsi untuk membangkitkan medan magnet. Akan tetapi ada beberapa jenis sepeda motor yang biasanya pada motor starter sudah dilengkapi dengan magnet permanen, sehingga tidak diperlukan field coil.

3. Armature

Armature berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dalam bentuk gerak putar atau sebagai penghasil momen putar. Pada armature terdapat komutator yang bersentuhan langsung dengan brush.

4. Armature brake

Armature brake berfungsi sebagai pengereman putaran setelah lepas dari perkaitan dengan fly wheel.

5. Drive lever dan plunger

Drive lever berfungsi untuk mendorong pinion gear ke arah posisi berkaitan dengan fly wheel dan melepas perkaitan pinion gear dari perkaitan fly wheel. Plunger berfungsi untuk mendorong pinion gear dan mengikat drive lever.

6. Brush

Brush atau sikat terbuat dari tembaga lunak dan berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari field coil ke armature coil langsung ke masa melalui komutator. Umumnya motor starter memiliki 4 buah brush yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu 2 buah brush positif dan 2 buah brush negatif.

7. Starter clutch

Starter clutch berfungsi untuk memindahkan momen puntir shaft kepada roda penerus, sehingga dapat berputar. Komponen ini juga berfungsi sebagai pengaman dari armature coil bila mana roda penerus cenderung memutarkan pinion gear.

8. Sakelar magnet atau magnetic switch

Saklar magnet digunakan untuk menghubungkan dan melepaskan pinion gear ke roda penerus dan dari roda penerus, sekaligus mengalirkan arus listrik yang besar pada sirkuit motor starter melalui terminal utama. Pada saklar magnet terdapat 3 terminal utama yaitu terminal 50 dan 30 yang mendapat arus listrik dari baterai dan terminal C yang terhubung dengan field coil.

9. Komutator

Komutator berfungsi sebagai penghubung arus listrik dari field coil menuju armature coil melalui brush.

10. Pinion gear

Pinion gear berfungsi untuk menghubungkan putaran dari motor starter ke fly wheel agar dapat memutarkan poros engkol supaya mesin hidup.

Cara Kerja Sistem Pengisian

Sistem pengisian adalah suatu sistem yang bekerja pada kendaraan yang berfungsi untuk mengisi tegangan baterai saat mesin menyala agar voltase baterai tetap pada kondisi penuh terutama saat mesin di start. Sistem pengisian bekerja menyuplai kembali arus yang telah digunakan selama mobil bekerja. Pada sistem pengisian konvensi terdapat 2 komponen utama yaitu alternator dan regulator. Keduanya bekerja saling berhubungan dan memiliki cara kerja masing-masing. Berikut ini merupakan cara kerja sistem pengisian konvensional.

Baca juga

Pada saat kunci kontak ON

Saat kunci kontak ON ada 2 akibat, yaitu:

1. Lampu menyala

Penyebab lampu menyala adalah tegangan dari baterai diteruskan menuju fusible link lalu ke ignition switch. Setelah itu, tegangan mengalir ke fuse dan melewati charge warning lamp dan kemudian ke terminal L. Dari terminal L tegangan diteruskan menuju kontak poin O ( Po ) yanh menempel dengan kontak poin 1 ( P1 ). Dari P1 tegangan akan diteruskan menuju terminal E setelah itu ke masa. Itu yang mengakibatkan lampu menyala.

2. Terjadi kemagnetan pada rotor coil

Tegangan dari baterai menuju ke fusible link lalu ke ignition switch. Setelah itu, tegangan diteruskan ke fuse lalu ke terminal IG. Dari terminal IG tegangan diteruskan menuju PL 1 yang menempel PL 0. Setelah melewati PL 0 tegangan diteruskan menuju ke terminal F regulator lalu ke terminal F alternator kemudian ke brush positif lalu ke slip ring dan diteruskan ke rotor coil. Tegangan dari rotor coil menuju ke slip ring lalu ke brush negatif melewati terminal E alternator dan terakhir ke masa. Karena pada rotor coil mendapat tegangan maka terjadilah kemagnetan pada rotor.

Putaran Stasioner


Saat putaran stasioner pada terdapat dua akibat, yaitu :

1. Lampu mati

Pada saat mesin dinyalakan charge warning lamp harus mati. Matinya charge warning lamp disebabkan oleh berikut. Putaran mesin diteruskan ke puli mesin menuju puli alternator melalui bel maka saat mesin berputar, alternator pun juga ikut berputar. Puli alternator menggerakkan rotor. Pada rotor terdapat kemagnetan yang menyebabkan stator menghasilkan tegangan 3 pase dan tegangan netral. Tegangan netral diteruskan menuju terminal N alternator kemudian ke terminal N regulator. Setelah itu tegangan diteruskan menuju voltage relay kemudian ke terminal E regulator dan akhirnya ke masa. Voltage relay mendapat tegangan sehingga terjadi kemagnetan yang mengakibatkan P0 terhubung dengan P2.

Tegangan dari baterai menuju fusible link lalu ke ignition switch. Dari ignition switch tegangan diteruskan ke fuse kemudian ke charge warning lamp menuju terminal L. Dari terminal L tegangan diteruskan ke P0 yang terhubung dengan P2, setelah itu tegangan menuju terminal B regulator ke terminal B alternator kemudian ke dioda. Dioda berfungsi membuat tegangan menjadi searah sehingga tegangan dari terminal B ditolak oleh dioda dan tidak sampai ke masa. Hal ini menyebabkan lampu tidak menyala.

2. Terjadi pengisian baterai

Saat mesin berputar dan rotor terjadi kemagnetan maka stator coil menghasilkan tegangan 3 pase. Tegangan yang dihasilkan oleh stator coil berupa AC atau arus bolak-balik. Kemudian tegangan di searahkan oleh dioda menjadi DC. Tegangan DC 12 volt diteruskan ke terminal B alternator menuju ke fusible link kemudian ke baterai sehingga terjadi pengisian.

Putaran rendah dan menengah

Cara kerja alternator pada saat putaran rendah dan menengah hampir sama dengan saat putaran stasioner. Kemagnetan pada voltage regulator saat putaran rendah dan menengah masih kecil sehingga PL 0 berada diantara PL 1 dan PL 2. Sehingga tegangan dari baterai tidak melewati PL 1 tetapi dialih kan menunju ke resistor. Dari resistor tegangan diteruskan menuju terminal F regulator ke terminal F alternator kemudian ke brush dan slip ring lalu ke rotor coil. Dari rotor coil tegangan diteruskan ke slip ring dan brush kemudian ke terminal E alternator dan akhirnya ke masa. Kemagnetan pada rotor coil rendah karena tegangan dari baterai melewati resistor sehingga tegangan dari baterai kurang dari 12 volt. Hal ini juga menyebabkan arus yang dihasilkan oleh stator coil yang digunakan untuk mengisi baterai kurang dari 12 volt.

Putaran tinggi

Pada saat putaran tinggi tidak terdapat pengisian. Hal ini diakibatkan oleh kemagnetan yang tinggi pada voltage regulator sehingga PL 0 dan PL 2 terhubung. Tegangan dari baterai menuju fusible link lalu ke ignition switch kemudian ke fuse. Dari fuse tegangan diteruskan ke terminal IG lalu ke resistor kemudian ke PL 0 yang terhubung dengan PL 2. Dari PL 2 tegangan diteruskan ke terminal E dan akhirnya ke masa. Sehingga rotor coil tidak mendapatkan tegangan dan tidak ada kemagnetan. Karena tidak ada kemagnetan pada rotor coil stator coil tidak dapat menghasilkan tegangan. Sehingga tidak terjadi pengisian baterai.

Sebutkan Komponen Alternator dan Fungsinya

Alternator bagian yang tak terpisahkan dari sistem pengisian, karena berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Untuk menghasilkan energi listrik, alternator membutuhkan komponen pendukung. Komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing.

Baca juga : Cara Kerja Sistem Pengisian

Nah kali ini akan saya jelaskan komponen yang ada di dalam alternator beserta fungsinya. Biar tidak penasaran mari simak pembahasan berikut.

komponen alternator

1. Puli

Puli merupakan bagian terdepan pada alternator yang berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari mesin ke alternator melalui belt. Saat mesin berputar maka alternator ikut berputar, kemudian putaran tersebut diteruskan ke rotor coil.

2. Kipas

Putaran pada alternator dapat menimbulkan panas. Selain itu komponen kelistrikan seperti dioda juga bisa panas saat bekerja. Panas yang berlebihan dapat menggangu kerja dari alternator. Untuk mengatasi hal ini, pada alternator terdapat kipas. Fungsi kipas ini adalah mendinginkan dioda dan kumparan-kumparan pada alternator.

3. Bearing

Komponen yang berputar dan memiliki poros umumnya terdapat bearing. Bearing pada alternator berfungsi untuk memungkinkan rotor dapat berputar dengan lembut.

4. Rotor

Rotor merupakan bagian yang berputar di dalam alternator. Pada rotor terdapat kumparan rotor (rotor coil) yang berfungsi untuk membangkitkan medan magnet. Rotor dilengkapi dengan brush dan slip ring. Brush yang terdapat pada rotor berfungsi sebagai kutub-kutub magnet. Slip ring yang terdapat pada alternator berfungsi sebagai penyalur listrik ke kumparan rotor. Rotor akan membangkitkan medan magnet setelah rotor coil dialiri arus listrik dari baterai.

5. Stator coil

Stator coil adalah bagian yang diam dan terdiri dari tiga kumparan yang pada salah satu ujungnya dijadikan satu. Konstruksi dari stator coil disebut hubungan "Y" atau bintang tiga pase. Bagian tengah yang menjadi satu adalah pusat gulungan yang disebut titik netral atau terminal N. Pada bagian kabel lainnya akan menghasilkan arus bolak-balik.

Fungsi dari stator coil adalah membangkitkan arus listrik bolak-balik tiga pase. Stator akan menghasilkan tenaga listrik setelah rotor berputar dan timbul kemagnetan.

6. Dioda (rectifier)

Fungsi dioda adalah menyearahkan arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan oleh stator coil menjadi arus searah (DC). Dioda juga berfungsi mencegah arus AC dari baterai ke alternator.

7. Rumah alternator

Rumah alternator berfungsi untuk menyediakan tempat berputar bagi alternator/rotor dengan celah sekecil mungkin. Fungsi lain dari rumah alternator adalah untuk melindungi semua komponen yang ada di dalamnya.

Komponen Utama Sistem Penerangan

Sistem penerangan merupakan instalasi dari beberapa rangkaian yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan dan memberi isyarat kepada pengendara lain. Pada sistem penerangan terdiri dari beberapa komponen utama pada setiap rangkaiannya, yaitu baterai, fusible link, sekring, kunci kontak, kabel penghantar, konektor, sakelar, flasher, relai, dan lampu.

Komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing. Untuk lebih jelasnya mari kita simak pembahasan berikut.

Komponen utama sistem penerangan

1. Baterai
baterai

Baterai adalah komponen elektrokimia yang menghasilkan tenaga listrik melalui adanya reaksi kimia yang terjadi antara elektrolit baterai dengan pelat baterai. Elektrolit baterai merupakan campuran antara 36% asam sulfat dan 64% air dengan berat jenis sekitar 1.270 pada suhu 20°C saat baterai penuh. Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam, yaitu air accu dan air zuur.

Berdasarkan kondisi kendaraan baterai memiliki tiga fungsi, diantaranya:

  1. Pada saat mesin belum hidup dan kunci kontak on, baterai memberikan energi listrik untuk sistem penerangan dan aksesoris.
  2. Pada saat start, baterai memberikan energi listrik untuk memutar motor stater dan sistem pengapian selama start.
  3. Pada saat mesin hidup, baterai berfungsi menyimpan energi listrik yang diberikan oleh sistem pengisian baterai.

2. Fusible link

Fusible link digunakan untuk melindungi rangkaian listrik berarus besar dan biasanya dipakai pada rangkaian yang membutuhkan arus sampai 30A atau lebih. Prinsip kerja fusible link sama dengan sekring. Fusible link akan rusak jika dilewati arus yang lebih besar dari kemampuannya.

3. Sekring

sekring

Sekring berfungsi untuk mencegah kerusakan rangkaian akibat kelebihan arus. Kapasitas sekring yang ada adalah 0,5A sampai 35A. Sekring yang dipakai pada kendaraan ada dua macam, yaitu sekring tabung kaca ( cartridge ) dan sekring tipe bilah ( blade ).

4. Kunci kontak

Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama untuk memutus dan menghubungkan semua sistem kelistrikan dengan sumber tenaga dari baterai. Kunci kontak memiliki tiga terminal, yaitu:
  1. Terminal B dihubungkan dengan (+) baterai.
  2. Terminal IG dihubungkan dengan (+) koil pengapian dan terminal IG regulator serta beban lain yang membutuhkan.
  3. Terminal ST dihubungkan dengan terminal 50 solenoide starter.

5. Kabel penghantar

Kabel penghantar berfungsi untuk menghubungkan komponen pada sistem penerangan dan menghantarkan arus listrik ke rangkaian sistem penerangan. Kabel penghantar terbuat dari tembaga yang diberi isolator.

6. Konektor

Konektor berfungsi sebagai tempat penyambungan kabel, melindungi sambungan dari kotoran, dan memungkinkan sambungan dapat dipisah dengan mudah. Konektor terdiri dari konektor laki-laki ( male ) dan konektor permpuper ( female ). Pada konektor juga terdapat nok agar dalam penyambungan lebih mudah. Untuk menjamin agar sambungan lebih kuat maka konektor dipasang pengunci.

7. Sakelar

saklar kombinasi

Sakelar berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus pada suatu rangkaian. Terdapat beberapa jenis saklar yang digunakan pada kendaraan, yaitu:
  • sakelar putar
  • sakelar tekan
  • sakelar tuas
  • sakelar kombinasi

8. Flasher

Flasher berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus secara periodik. Terdapat beberapa tipe flasher, yaitu:
  1. Flasher tipe kapasitor
  2. Flasher tipe bimetal
  3. Flasher tipe transistor

9. Relai

Relai berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus secara elektromagnetik. Relai dapat bekerja karena adanya medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar.

10. Lampu

Lampu berfungsi sebagai sumber cahaya yang merupakan hasil dari arus listrik yang mengalir melalui kawat halus yang memiliki tahanan serta titik lebur tinggi sehingga menimbulkan panas dan cahaya.

Sistem Penerangan pada Kendaraan

Setiap kendaraan wajib memiliki sistem penerangan. Penerangan merupakan faktor utama yang dapat menjaga keselamatan saat berkendara.

Sistem penerangan merupakan instalasi dari berbagai rangkaian penerangan pada kendaraan atau semua sistem kelistrikan bodi kendaraan yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan saat berkendara.

Fungsi sistem penerangan adalah sebagai penerangan pada kendaraan dan memberikan tanda atau indikator pada pengendara lain. Sistem penerangan ini dibagi menjadi dua sistem, yaitu:

LAMPU PENERANGAN LUAR

1. Lampu kepala


lampu kepala

Sistem lampu kepala merupakan lampu penerangan untuk menerangi jalan di bagian depan kendaraan. Pada umumnya lampu kepala ini dilemdilen dengan lampu jauh dan lampu dekat.

2. Lampu jarak dan lampu belakang

Lampu ini berfungsi untuk memberi isyarat serta lebarnya dari sebuah kendaraan pada malam hari bagi kendaraan lainnya.

3. Lampu rem

Lampu rem berfungsi sebagai isyarat untuk mencegah terjadinya benturan dengan kendaraan di belakang yang mengikutinya saat kendaraan mengerem.

4. Lampu tanda belok

Lampu tanda belok memiliki fungsi untuk memberi isyarat bahwa pengendara bermaksud untuk membelok atau pindah jalur. Lampu tanda belok dilengkapi dengan flasher. Flasher merupakan suatu alat yang menyebabkan lampu tanda belok berkedip secara interval.

5. Lampu hazard


lampu hazard

Lampu hazard digunakan untuk memberi tanda keberadaan kendaraan saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat.

6. Lampu mundur

Lampu mundur digunakan untuk memberi penerangan untuk melihat ke belakang saat mundur di malam hari dan memberikan isyarat untuk kendaraan yang mengikutinya bahwa pengendara bermaksud untuk mundur.

7. Lampu kabut


lampu kabut

Lampu kabut digunakan pada saat jalan berkabut, jalan berdebu, dan hujan lebat.

LAMPU PENERANGAN DALAM

1. Lampu ruangan atau lampu kabin


lampu kabin

Lampu ruangan digunakan untuk menerangi interior ruangan penumpang yang dirancang agar tidak menyilaukan pengemudi pada malam hari.

2. Lampu instrumen panel

speedometer

Lampu instrumen panel digunakan untuk menerangi meter-meter pada instrumen panel pada malam hari dan memungkinkan pengemudi untuk membaca meter-meter dan gauge dengan mudah dan cepat.

Itu saja yang bisa saya sampaikan kepada sobat otomotif mengenai sistem penerangan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Terimakasih telah berkunjung, jangan lupa mampir kemari untuk menambah wawasan seputar otomotif.